Strategi Mengajar Untuk
Guru
Mengajar
pada hakikatnya ialah suatu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang
ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Mengajar juga merupakan proses memberikan
bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Mengajar
merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik.
Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu
sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan
pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku
dan menyatu di dalam konsep pengajaran.
Kegiatan
belajar dan mengajar adalah suatu kondisi dengan sengaja diciptakan. Gurulah
yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak
didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sanalah semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Peranan
guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang
bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan. Ada anak
didik yang sedang dalam mencerna bahan. Dan ada pula anak didik yang lamban
mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini
menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan
gaya-gaya belajar anak didik.
EMPAT
STRATEGI DASAR DALAM MENGAJAR
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Apakah yang
dijadikan sasaan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus
jelas dan terarah.
2.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru
dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
MENETAPKAN
SASASARAN/TUJUAN KEGIATAN BELAR MENGAJAR
Setiap
kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap
dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan
instruksional khusus (TIK) dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler,
tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Tujuan
dalam pengajaran adalah suatu cita-cita yang bersifat normatif. Dengan kata
lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak
didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan
berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tujuan
pengajaran yang berjenjang dari yang umum/luas sampai kepada yang
khusus/sempit, haruslah berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan
tujuan di bawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak
tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak tercapai, sebab rumusan tujuan
terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. Ini berarti
bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan
setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan
adalah komponen belajar mengajar yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran
lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode,
alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan
didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah
satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Karena
itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan
oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah.
BERBAGAI
PENDEKATAN DALAM MENGAJAR
Ketika
kegiatan belajar mengajar berproses, guru harus ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua
kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar
mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber
dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena
keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola
kelas.
Dalam
mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana,
bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik
akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai
pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Sebaiknya
seorang guru memandang anak didiknya sebagai individu dengan segala
perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada
beberapa pendekatan dalam pengajaran guna membantu guru dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
1.
Pendekatan Individual
Masing-masing
anak didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik
dengan anak didik lainnya. Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-beda.
Perilaku mereka juga bermacam-macam. Perbedaan individual anak didik tersebut
memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan
perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus
melakukan pendekatan individual dalam melakukan kegiatan belajar mengajarnya.
Contoh, untuk menghentikan anak didik yang suka bicara, caranya adalah dengan
memisahkan/memindakan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat yang
terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan
pada kelompok anak didik yang pendiam.
2.
Pendekatan Kelompok
Pendekatan
kelompok suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan
dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik.
Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka
masing-masing. Sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Anak
didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari
bahwa dirinya memiliki kekurangan dan kelebihan. Yang memiliki kelebihan mau
membantu yang memiliki kekurangan, dan mereka yang memiliki kekurangan dengan
rela hati mau belajar dari mereka yang memiliki kelebihan, tanpa ada rasa
minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai
prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang
aktif, kreatif dan mandiri.
3.
Pendekatan
Bervariasi
Pendekatan
bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap
anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam
pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan
untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang
dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4.
Pendekatan Edukatif
Apa
pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran, hendaknya dengan tujuan
untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain seperti karena dendam, gengsi,
ingin ditakuti, dan lain sebagainya. Anak didik yang telah melakukan kesalahan,
misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya
hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai
pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan
teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam
pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana jika menggunakan kekuasaan,
karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak
didik.
PENGGUNAAN
METODE PENGAJARAN
Kegiatan
belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya
terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan
bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan
itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila
penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran
metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.
Metode
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai
satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli
psikologi dan pendidikan. (Syaiful Bahri Djamarah, 1991, 72)
Bahan
pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan
mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan
bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang
kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang
kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan
tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan
dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan di kelas.
Dalam
penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana
kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah
pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu
merumuskannya dengan jelas dasn dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru
menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan.
Berikut
ini akan dijelaskan praktik kombinasi metode mengajar. Karena dalam praktiknya,
metode mengajar memang tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi
dari beberapa metode mengajar. Diharapkan dengan uraian ini kita akan
mendapatkan gambaran bagaimana mempraktikkan metode mengajar.
1.
Metode Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas.
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
2.
Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah).
3.
Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan membandungkan materi ceramah yang telah diterimanya melalui
tanya jawab (metode tanya jawab).
4.
Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat
kesimpulan melalui hasil ceramah (metode tugas).
|
3.
|
Evaluasi
|
5.
Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah
diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.
|
2.
Metode Ceramah, Diskusi dan Tugas
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa.
2.
Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi (metode
ceramah).
3.
Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta dan
waktu).
|
2.
|
Pelaksanaan
|
4.
Siswa melakukan diskusi:
- Guru
merangsang seluruh anak didik berpartisipasi dalam diskusi.
- Memberikan
kesempatan kepada semua anggota untuk aktif.
- Mencatat
tanggapan/saran dan ide-ide yang penting.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
5.
Memberikan tugas kepada siswa untuk:
- Membuat
kesimpulan diskusi;
- Mencatat
hasil diskusi;
- Menilai
hasil diskusi;
- Dan lain
sebagainya.
|
3.
Metode Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen.
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:
- Menyediakan
alat-alat demonstrasi;
- Tempat
duduk siswa.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
2.
Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah)
Melaksanakan
demonstrasi:
- Menjelaskan
dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses.
- Usahakan
seluruh siswa dapat mengikuti/mengamati demonstrasi dengan baik.
- Beri
penjelasan yang padat tapi singkat.
- Hentikan
demonstrasi kemudian adakan tanya jawab.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
3.
Beri kesempatan kepada siswa untuk tidak lanjut mencoba melakukan sendiri
(metode eksperimen).
4.
Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
|
4.
Metode Ceramah, Sosiodrama dan Diskusi
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menentukan dan menceritakan situasi sosial yang akan didramatisasikan (metode
ceramah)
2.
Memilih para pelaku.
3.
Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
4.
Siswa melakukan sosiodrama.
5.
Guru menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak (tegang)
6.
Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah
selanjutnya.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
7.
Siswa diberi tugas untuk menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan
sosiodrama.
8.
Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
|
5.
Metode Ceramah, Problem Solving dan Tugas
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menentukan dan menjelaskan masalah (metode ceramah).
2.
Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
3.
Siswa mengadakan identifikasi masalah.
4.
Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dalam memecahkan masalah tersebut.
5.
Mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah.
6.
Menguji hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
data yang ada).
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
7.
Membuat kesimpulan pemecahan masalah.
8.
Memberi tugas kepada siswa untuk mencatat hasil pemecahan masalah (metode
tugas).
|
6.
Metode Ceramah, Demonstrasi dan Latihan
No.
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1.
Menyediakan peralatan yang diperlukan.
2.
Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
|
2.
|
Pelaksanaan
|
3.
Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah).
4.
Demonstrasikan proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya.
|
3.
|
Evaluasi/tindak
lanjut
|
5.
Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan (metode latihan).
6.
Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7.
Guru bertanya kepada siswa.
|
KEBERHASILAN
BELAJAR MENGAJAR
Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus
(TIK) tercapai.
Untuk
mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap
selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan instruksional khusus (TIK)
yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik
kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
1.
Indikator Keberhasilan
Yang
menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal tersebut:
a.
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
b.
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK)
telah dicapai oleh siswa, baik secara individual meupun kelompok.
Namun
demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah
daya serap.
2.
Penilaian Keberhasilan
Untuk
mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar, dapat dilakukan melalui
tes prestasi belajar.
a.
Tes formatif
Penilaian
ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut.
b.
Tes subsumatif
Tes
ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam
waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor.
c.
Tes Sumatif
Tes
ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahsan
yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.
3.
Tingkat Keberhasilan
Keberhasilan
proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa.
b.
Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c.
Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%-75% saja
dikuasai oleh siswa.
d.
Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh
siswa.
PENGGUNAAN
MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses
belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena
dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat tertentu.
Namun
perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak
sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu,
tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan
media.
1.
Macam-macam Media
Dilihat
dari jenisnya, media dibagi menjadi:
a.
Media auditif (suara), seperti radio, kaset recorder, piringan hitam.
b.
Media visual (mengandalkan indra penglihatan), seperti film strip (film
rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan.
c.
Media audio visual (memiliki unsur suara dan gambar), seperti film rangkai
suara, film video cassette.
2.
Langkah Mengajar dengan Mempergunakan Media
- Merumuskan tujuan
pengajaran dengan memanfaatkan media.
- Persiapan
guru.
Pada fase ini, guru memilih dan menetapkan media mana yang akan
dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
- Persiapan
kelas.
Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka
menerima pelajaran dengan menggunakan media.
- Langkah
penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Pada fase
ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran. Keahlian
guru dituntut di sini. Media diperbantukan oleh guru untuk membantu
tugasnya menjelaskan bahan pelajaran.
- Langkah
kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan
memanfaatkan media pengajaran. Pemanfaatan media di sini bisa siswa
sendiri yang mempraktikkannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik
di kelas atau di luar kelas.
- Langkah
evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi,
sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, yang sekaligus dapat
dinilai sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang
keberhasilan proses belajar.